Penajam Paser Utara, 29 April 2025 — Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) Polres Penajam Paser Utara (PPU) melaksanakan kegiatan sosialisasi bertema “Bahaya Paham Radikalisme, Anti Pancasila dan Intoleransi” kepada generasi muda di lingkungan pendidikan. Kegiatan ini digelar pada Selasa pagi, bertempat di Ruang VIII dan IX SMKS Pelita Gamma, Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU.
Sosialisasi yang berlangsung mulai pukul 08.30 WITA ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya IPTU Widodo selaku KBO Sat Binmas, Bripka Prihanto (Ps. Kanit Bintibsos), Kepala SMKS Pelita Gamma Randhi, S.E., Kasi PAI Kemenag PPU H. Rofiqul Ikhwan, S.H.I., Waka Kesiswaan Nirwana, S.Pd., dewan guru serta seluruh siswa-siswi SMKS Pelita Gamma.
Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan pembacaan doa, dan sambutan dari Kepala SMKS Pelita Gamma, Randhi, S.E. Dalam sambutannya, Randhi menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kepedulian Polres PPU terhadap pembinaan karakter generasi muda. Ia menekankan pentingnya membekali pelajar dengan kemampuan menyaring informasi, terutama yang bersumber dari media sosial.
“Kami sangat berharap anak-anak didik kami mampu menyaring informasi yang diterima, serta memahami pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila dan kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, IPTU Widodo dalam sambutannya menekankan pentingnya peran pelajar sebagai generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dari infiltrasi ideologi yang membahayakan keutuhan NKRI. Ia juga menyinggung peran generasi muda PPU dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan mendukung pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
“Pembangunan IKN adalah peluang besar. Kita tidak boleh kalah dengan SDM dari luar. Anak-anak PPU harus siap bersaing, dan itu dimulai dari membentuk karakter serta semangat bela negara sejak dini,” tegasnya.
Materi sosialisasi disampaikan dengan pendekatan yang mudah dipahami. Narasumber mengawali dengan pemahaman dasar tentang keberagaman bangsa Indonesia yang terdiri dari lebih dari seribu suku, bahasa daerah, dan enam agama yang diakui negara. Dijelaskan pula bahwa radikalisme bukan hanya soal ideologi, tetapi juga menyangkut cara berpikir ekstrem dan tidak toleran terhadap perbedaan.
“Radikalisme bisa menjangkiti siapa saja. Ia masuk secara perlahan melalui disinformasi, kebencian, dan manipulasi identitas. Tidak semua orang yang ingin perubahan adalah radikal, tapi ketika perubahan itu ditempuh dengan kekerasan dan pemaksaan, di situlah bahayanya,” ujar narasumber.
Melalui analogi sederhana, narasumber menjelaskan bahwa pemikiran radikal ibarat memperbaiki lampu yang rusak dengan merobohkan seluruh bangunan. Pandangan yang menyederhanakan masalah namun menyuguhkan solusi ekstrem itulah yang harus diwaspadai oleh generasi muda.
Sesi tanya jawab juga berlangsung interaktif. Salah satu siswa menanyakan cara menyikapi tren media sosial, terutama di platform TikTok. Narasumber menekankan agar pelajar tidak meninggalkan budaya timur dan nilai-nilai keindonesiaan dalam bersosial media. Di pertanyaan lain, siswa bertanya tentang radikalisme dalam keluarga. Dijelaskan bahwa infiltrasi radikalisme bahkan bisa mengubah cara berpikir anak terhadap keluarganya sendiri, dan itulah pentingnya menjaga akal sehat serta pemahaman agama dan kebangsaan secara utuh.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program berkelanjutan Polres PPU dan Kemenag PPU dalam mencegah penyebaran paham radikal, intoleransi, serta sikap anti Pancasila di kalangan pelajar. Sebelumnya, kegiatan serupa juga telah digelar di SMAN 1 PPU, dan akan terus menyasar seluruh SMA/SMK/MA di wilayah kabupaten sebagai bentuk penguatan karakter kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan berlangsungnya kegiatan ini, diharapkan siswa-siswi SMKS Pelita Gamma mampu menjadi generasi muda yang tangguh, berintegritas, dan siap menjaga keutuhan NKRI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.